PASURUAN - Prosesi Hari Jadi Kabupaten Pasuruan ke 1084 yang berlangsung di Pendopo Nyaweji Ngesti Wenganing Gusti Pemerintah Kabupaten Pasuruan, Rabu (18/9) malam berakhir istimewa.
Baik kostum maupun setiap prosesi sarat dengan makna tersendiri. Dari Bupati hingga staf pemkab pasuruan kompak mengenakan kostum bak seorang sultan kanjeng dan permaisuri yang memimpin sebuah kerajaan islam.
Menurut Bupati Pasuruan, HM Irsyad Yusuf, kostum putih-putih lengkap dengan surban sampai sandal khas kerajaan, terinspirasi dari legenda kerajaan islam yang pernah berkuasa di kabupaten pasuruan, beberapa tahun silam.
"Diakui atau tidak, pasuruan pernah dikuasai oleh kerajaan islam, kalau gak salah bagian dari kerajaan demak bintoro. Di situlah inspirasi dan ide saya keluar, sehingga saya kolaborasikan dengan budaya masyarakat kabupaten pasuruan pada saat ini," ucap Irsyad kepada Radio Suara Pasuruan.
Ditambahkan Irsyad, budaya islam yang ada di kabupaten pasuruan termasuk salah satu warisan budaya yang harus dijaga kelestariannya, terlebih budaya tersebut ditampilkan kembali dlam sebuah agenda penting seperti Hari Jadi Kabupaten Pasuruan.
"Sejarah tidak boleh ditinggalkan begitu saja. Dalam hari jadi ini, saya mencoba memasukkan unsur heroik bernafaskan islami, dan itu mencerminkan semangat kita untuk lebih menjaga warisan budaya nenek moyang kita," imbuhnya.
Sementara itu, rangkaian prosesi sendiri diawali dengan kirab prasasti cungrang dan pataka kabupaten pasuruan, yang dikawal oleh 3 barisan. Barisan I terdiri dari pasukan obor sebanyak 20 orang, serta pasukan grup kesenian Kentong Tetek Purwosari. Sedangkan barisan II adalah 20 orang pembawa bendera merah putih dan pataka, yang berasal dari anggota Satpol PP Kabupaten Pasuruan, serta pasukan tambur (korsik). Sementara untuk barisan III terdiri dari barisan terbang Al Banjari, Subo Menggolo, Putri Domas, prajurit pembawa replika prasasti cungrang dan lontar kintoko, prajurit lurik dengan blangkon, pasukan obor, serta pasukan pengaman samping.
Sesampainya di Pendopo, replika prasasti cungrang dan lontar kintoko langsung diserahkan kepada Sekda Kabupaten Pasuruan dan Asisten Pemerintahan selaku mahapatih dan patih. Barulah setelah itu, Asisten Pemerintahan, HM Soeharto langsung membacakan isi dari prasasti cungrang, kemudian kedua mahapti dan patih langsung menyerahkannya kepada bupati pasuruan selaku adipati pasuruan, serta wakil bupati sebagai wakil adipati pasuruan.
Penyerahan replika prasasti cungrang dan lontar kintoko sendiri ditandai dengan titir kentongan, penyulutan kembang api sebanyak 9 kali, bunyi-bunyian alat musik, serta kilatan lampu di sekitar pendopo.
"Terima kasih untuk semua masyarakat kabupaten pasuruan, terlebih untuk seluruh staf yang dengan senangnya mengikuti prosesi hari jadi kabupaten pasuruan tahun ini," tandas Irsyad Yusuf. (EMIL)
Komentar (0)
Belum ada komentar
Tulis Disini